Belanja digital marketing global tumbuh 44% tahun lalu di Amerika Serikat (AS) dan Inggris menjadi US$52 miliar (Rp 773,7 triliun), menurut temuan sebuah penelitian. Belanja global untuk taktik-taktik semacam itu diestimasi akan mendekati US$100 miliar.
Berbeda dengan beriklan lewat perantara, pemasaran digital memiliki daya tarik tersendiri dengan memungkinkan merek menargetkan konsumen secara langsung lewat media sosial, search-engine optimization (SEO), dan asisten suara (voice-activated assistants), seperti Alexa dari Amazon.
Baca juga: Kursus Membuat Website Toko Online Keren Untuk Pemula
Pertumbuhan itu sebagian mencerminkan keinginan untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut tanpa bantuan pihak lain, menyusul keluhan dari raksasa-raksasa konsumen yakni Procter & Gamble dan Unilever atas penipuan di iklan online, dilansir dari Reuters.
Isu tentang ‘keamanan merek’, yang bisa terancam ketika iklan muncul di samping konten online yang tidak sesuai, juga membuat frustasi para pemasar dan mendorong mereka untuk mencari pengendalian lebih besar tentang cara menargetkan penonton.
“Jelas bahwa para pemasar berupaya membangun kekuatannya sendiri dan berencana berbelanja pemasaran digital lebih banyak supaya tetap kompetitif,” kata Damian Ryan, penulis penelitian tersebut sekaligus partner di perusahaan akuntansi Inggris bernama Moore Stephens.
Baca juga: Memahami Apa Perbedaan Toko Online Dan Marketplace
“Penelitian kami menemukan bahwa anggaran ini muncul dari belanja media dan akan memiliki dampak menyebar tentang nilai agensi media-sentris,” tambahnya, merujuk para agensi iklan tradisional yang susah payah beradaptasi dengan era digital.
Survei Moore Stephens, diselenggarakan dengan konsultan iklan dan media WARC, mencakup 800 perusahaan-perusahaan di Amerika Utara, Asia Pasifik, dan Eropa.
Penelitian itu menemukan bahwa merek-merek di Inggris dan Amerika Utara menggelontorkan 23% dari anggaran mereka untuk pemasaran digital, naik dari 16% di tahun lalu. Kemudian, 63% anggaran teknologi AS digunakan di dalam perusahaan, dibandingkan 44% di tahun lalu.
Peraturan perlindungan data Eropa yang berlaku di bulan Mei, serta kekhawatiran tentang praktik data oleh raksasa pencarian internet Google dan jejaring sosial Facebook telah menyebabkan beberapa pemain di industri periklanan menggabungkan usahanya atau melakukan penghematan.
Untuk diketahui, Google dan Facebook adalah dua platform periklanan online terbesar saat ini.
“Kita berada di awal perombakan,” kata Ryan kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Munculnya perusahaan platform yang menawarkan segala fasilitas kepada para pemasar adalah tren baru yang perlu dicermati, katanya. Dia menyoroti akuisisi Adobe Systems terhadap perusahaan e-commerce Magento senilai US$1,7 miliar di bulan Mei.
Selain itu, Adobe juga baru saja melakukan transaksi pembelian perusahaan piranti lunak (software) pemasaran antarbisnis (business-to-business/b2b) Marketo senilai US$4,75 miliar.
Baca juga: Perbedaan Toko Online Dan Offline, Begini Penjelasan Lengkapnya
“Secara fundamental, merek tidak suka mempercayakan data ke agensi. Tren yang jelas menunjukkan bahwa merek mencoba mengambil alih teknologi pemasaran,” kata Ryan.
“Di samping itu, kita bisa melihat bahwa, ujung di mana merek berbelanja lebih banyak, mereka masih bekerja sama dengan agensi.”